Jumat, 27 Maret 2015

SRADHA (MOKSA) AGAMA HINDU

BAB I SRADHA (MOKSA)
  1. Pengertian Moksa
            Kata Moksa berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata “Muc” yang berarti membebaskan atau melepaskan. Dengan demikian, kata Moksa berarti kelepasan dan kebebasan. Yakni, terlepasnya Atma dari ikatan maya, sehingga dapat menyatu dengan Brahman.
B. Tingkatan Moksa
Moksa dibedakan atas empat jenis, yaitu :
  1. Samipya : kebebasan yang dicapai semasa hidupnya di dunia ini karena beliau telah dapat melepaskan diri dari pengaruh maya, sehingga saat meditasi beliau mamapu mendengar Wahyu Tuhan. Contoh : Para Yogi dan Para Rsi
2.      Sarupya (Sadharmya): kebebasan yang dicapai semasa hidup, karena kelahirannya. Kedududkan Atma merupakan pancaran kemaha kuasaan Tuhan, seperti halnya :Sri rama , Buddha Gautama, Sri Kresna. Walaupun Atma lelah mengambil suatu perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh maya.
  1. Salokya : kebebasan yang dicapai oleh Atma, dimana Atma itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Atma telah , mencapai tingkatan Dewa yang merupakan menifestasi dari Tuhan.
  1.  Syaujya  : kebebasan yang tertinggi dimana Atma telah dapat bersatu dengan Tuhan, sehigga terwujud “Brahman Atman Aikyam ”, yang artinya Atma dan Brahman sesungguhnya tunggal.
Istilah lain yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan tingkat-tingkat Moksa, yaitu :
  1. Jiwa Mukti : kebebasan hidup di dunia , yang mana Atma tidak terpengaruh oleh indriya dan maya. Dengan demikian jiwa mukti = Surupya (Sadharmya).
  1. Wideha Mukti (Karma Mukti) : kebebasan semasa hidup. Atma telah meninggalkan badan kasar, dan wasana dari unsur maya tidak kuat lagi mengikat Atma itu. Kesadaran Atma setara dengan Tuhan, tetapi belum dapat bersatu karena masih ada imbas dari unsur maya. Dengan demikian Wideha Mukti = Salokya.
3.    Purna Mukti : kebebasan yang tertinggi, dimana Atma telah dapat bersatu dengan Tuhan. Dengan demikian Purna Mukti = Sayujya.
Perbedaan orang yang telah mencapai Jiwa Mukti dengan kalangan masyarakat biasa adalah : orang yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi terikat pada gelombang kehidupan di dunia ini. Baginya  bekerja adalah sebagai pemujaan kepada Tuhan dan  semua hasilnya diserahkan kepada Tuhan. Meraka memiliki pandangan yang sama  terhadap  keberhasilan dan kegagalan, terhadap suka dan duka, cnita kasih kepada seisi alam ini. Sedangkan orang yang biasa sebaliknya.
  1. Jalan Untuk Mencapai Moksa
            Catur Marga Yoga : empat jalan/cara untuk menghubungkan diri dan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi demi tercapai moksa, yakni:
  1. Bhakti Marga Yoga : menghubungkan diri dengan jalan sujud bhakti dan cinta, menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai yajna kepada Ida Sang Hyang Widhi. 
  2. Karma Marga Yoga : adalah jalan/cara untuk mencapai Moksa dengan melakukan perbuatan atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari karma marga yoga adalah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Ini bukan berarti  kehilangan , bahkan akan datang balasan berlipat ganda.
Contoh : Mythologi Dewi Laksmi saat menentukan           calon suami terhadap Dewa Wisnu yang tidak mengidam - idamkan dirinya.
Bhagawadghita III.19, sbb : 
Tasmad asaktah satatam karyam karma samacara,
Asakto hy acaran karma param apnoti purusah.
Artinya :
Oleh karena itu, laksanakan segala kerja sebagai kewajiban tanpa  terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, Orang itu sesungguhnya akan mencapai yang utama.
  1. Jnana Marga Yoga : cara untuk mencapai yoga dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan falsafah pembebasan dari ikatan duniawi . Ada tiga hal yang penting dalam hal ini, yaitu kebulatan pikiran , pembatasan pada kehidupan sendiri, dan keadaan jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh, tentram dan damai. Ketiga hal ini merupaka  Dhyana Yoga. Untuk mencapainya perlu dibantu dengan Abhyasa = latihan-latihan dan Vairagya  = keadaan tidak mengaktifkan diri.
  2. Raja Marga Yoga : jalan mistik (rohani) untuk mencapai moksa. Melalui jalan ini orang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinyapun semakin berat, yaitu melakukan Tapa dan Brata yang merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan samadhi adalah latihan untuk melakukan maditasi atau pemusatan pikiran. Maka Rsi Patanjali  dalam bukunya “Yoga Sutra Patanjali, mengajarkan “Astanga Yoga” , yakni delapan tahapan yoga untuk mencapai Moksa”, yakni :
  1. Yama : larangan dalam bentuk jasmani :
Ø  Ahimsa : dilarang membunuh
Ø  Satya : dilarang berbohong
Ø  Asteya : dilarang mencuri
Ø  Brahmacari : dilarang berhubungan sexual
Ø  Aparigraha : dilarang menerima pemberian orang lain  (korupsi)

  1. Nyama : larangan yang lebih bersifat rohani, yakni :
Ø  Sauca : suci lahir batin
Ø  Santosa : puas dengan apa yang datang
Ø  Swadhyaya : mempelejari kitab-kitab keagamaan
Ø  Iswara Pranidhana : selalu bakti kepada Tuhan
Ø  Tapa : tahan uji

3.      Asana : sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin.
4.      Pranayama : pengaturan nafas.
5.      Pratyahara : mengontrol dan mengendalikan indria.
6.      Dharana : berusaha menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
7.      Dhyana : pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada satu objek.
8.      Samadhi : penyatuan Sang Atma dengan Brahman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar