BAB I
SRADHA (MOKSA)
- Pengertian Moksa
Kata
Moksa berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata “Muc” yang berarti
membebaskan atau melepaskan. Dengan demikian, kata Moksa berarti kelepasan dan
kebebasan. Yakni, terlepasnya Atma dari ikatan maya, sehingga dapat menyatu
dengan Brahman.
B.
Tingkatan Moksa
Moksa dibedakan atas empat jenis,
yaitu :
- Samipya
: kebebasan yang dicapai semasa hidupnya di dunia ini karena beliau telah
dapat melepaskan diri dari pengaruh maya, sehingga saat meditasi beliau mamapu
mendengar Wahyu Tuhan. Contoh : Para Yogi dan Para Rsi
2.
Sarupya
(Sadharmya): kebebasan yang dicapai semasa hidup, karena kelahirannya.
Kedududkan Atma merupakan pancaran kemaha kuasaan Tuhan, seperti halnya :Sri
rama , Buddha Gautama, Sri Kresna. Walaupun Atma lelah mengambil suatu
perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh maya.
- Salokya
: kebebasan yang dicapai oleh Atma, dimana Atma itu sendiri telah berada
dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Atma telah , mencapai
tingkatan Dewa yang merupakan menifestasi dari Tuhan.
- Syaujya
: kebebasan yang tertinggi dimana Atma telah dapat bersatu dengan
Tuhan, sehigga terwujud “Brahman Atman Aikyam ”, yang artinya Atma dan
Brahman sesungguhnya tunggal.
Istilah lain yang dipergunakan
untuk mengklasifikasikan tingkat-tingkat Moksa, yaitu :
- Jiwa
Mukti : kebebasan hidup di dunia , yang mana Atma tidak terpengaruh oleh
indriya dan maya. Dengan demikian jiwa mukti = Surupya (Sadharmya).
- Wideha
Mukti (Karma Mukti) : kebebasan semasa hidup. Atma telah meninggalkan
badan kasar, dan wasana dari unsur maya tidak kuat lagi mengikat Atma itu.
Kesadaran Atma setara dengan Tuhan, tetapi belum dapat bersatu karena
masih ada imbas dari unsur maya. Dengan demikian Wideha Mukti = Salokya.
3. Purna
Mukti : kebebasan yang tertinggi, dimana Atma telah dapat bersatu dengan Tuhan.
Dengan demikian Purna Mukti = Sayujya.
Perbedaan orang
yang telah mencapai Jiwa Mukti dengan kalangan masyarakat biasa adalah : orang
yang telah mencapai jiwa mukti dalam hidupnya tidak lagi terikat pada gelombang
kehidupan di dunia ini. Baginya bekerja
adalah sebagai pemujaan kepada Tuhan dan
semua hasilnya diserahkan kepada Tuhan. Meraka memiliki pandangan yang
sama terhadap keberhasilan dan kegagalan, terhadap suka dan
duka, cnita kasih kepada seisi alam ini. Sedangkan orang yang biasa sebaliknya.
- Jalan Untuk Mencapai Moksa
Catur Marga Yoga : empat jalan/cara
untuk menghubungkan diri dan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi demi
tercapai moksa, yakni:
- Bhakti
Marga Yoga : menghubungkan diri dengan jalan sujud bhakti dan cinta,
menyembah dan berdoa dengan pasrah mempersembahkan jiwa raganya sebagai
yajna kepada Ida Sang Hyang Widhi.
- Karma
Marga Yoga : adalah jalan/cara untuk mencapai Moksa dengan melakukan
perbuatan atau kebajikan tanpa pamrih. Hal yang paling utama dari karma
marga yoga adalah melepaskan semua hasil dari segala perbuatan. Ini bukan
berarti kehilangan , bahkan akan
datang balasan berlipat ganda.
Contoh
: Mythologi Dewi Laksmi saat menentukan calon
suami terhadap Dewa Wisnu yang tidak mengidam - idamkan dirinya.
Bhagawadghita
III.19, sbb :
Tasmad
asaktah satatam karyam karma samacara,
Asakto
hy acaran karma param apnoti purusah.
Artinya
:
Oleh
karena itu, laksanakan segala kerja sebagai kewajiban tanpa terikat pada hasilnya, sebab dengan melakukan
kegiatan kerja yang bebas dari keterikatan, Orang itu sesungguhnya akan
mencapai yang utama.
- Jnana Marga Yoga : cara
untuk mencapai yoga dengan jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan falsafah
pembebasan dari ikatan duniawi . Ada tiga hal yang penting dalam hal ini,
yaitu kebulatan pikiran , pembatasan pada kehidupan sendiri, dan keadaan
jiwa yang seimbang atau tenang maupun pandangan yang kokoh, tentram dan
damai. Ketiga hal ini merupaka
Dhyana Yoga. Untuk mencapainya perlu dibantu dengan Abhyasa =
latihan-latihan dan Vairagya =
keadaan tidak mengaktifkan diri.
- Raja Marga Yoga : jalan
mistik (rohani) untuk mencapai moksa. Melalui jalan ini orang akan lebih
cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinyapun semakin berat,
yaitu melakukan Tapa dan Brata yang merupakan suatu latihan untuk
mengendalikan emosi atau nafsu yang ada dalam diri kita kearah yang
positif sesuai dengan petunjuk ajaran kitab suci. Sedangkan yoga dan
samadhi adalah latihan untuk melakukan maditasi atau pemusatan pikiran.
Maka Rsi Patanjali dalam bukunya
“Yoga Sutra Patanjali, mengajarkan “Astanga Yoga” , yakni delapan tahapan
yoga untuk mencapai Moksa”, yakni :
- Yama : larangan dalam bentuk
jasmani :
Ø
Ahimsa
: dilarang membunuh
Ø
Satya
: dilarang berbohong
Ø
Asteya
: dilarang mencuri
Ø
Brahmacari
: dilarang berhubungan sexual
Ø
Aparigraha
: dilarang menerima pemberian orang lain
(korupsi)
- Nyama : larangan yang lebih
bersifat rohani, yakni :
Ø
Sauca
: suci lahir batin
Ø
Santosa
: puas dengan apa yang datang
Ø
Swadhyaya
: mempelejari kitab-kitab keagamaan
Ø
Iswara
Pranidhana : selalu bakti kepada Tuhan
Ø
Tapa
: tahan uji
3.
Asana
: sikap duduk yang menyenangkan, teratur dan disiplin.
4. Pranayama : pengaturan nafas.
5. Pratyahara : mengontrol dan mengendalikan
indria.
6. Dharana : berusaha menyatukan
pikiran dengan sasaran yang diinginkan.
7. Dhyana : pemusatan pikiran yang
tenang, tidak tergoyahkan kepada satu objek.
8. Samadhi : penyatuan Sang Atma
dengan Brahman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar