Kamis, 30 Oktober 2014

animasi logo


AGAMA HINDU (Topeng dan Gambuh)



TARI TOPENG
Ø PENGERTIAN TARI TOPENG
Di Bali Topeng bukan hanya sekadar seni tari belaka, tetapi topeng juga menjadi pelengkap dalam ritual keagamaan karena itu sering juga disebut dengan topeng wali.
Topeng berarti penutup muka yang terbuat dari kayu, kertas, kain atau bahan lainnya dengan bentuk yang berbeda-beda. Dari yang berbentuk wajah dewa-dewi, manusia, binatang, setan dan lain-lainnya, konon  dahulu topeng itu  terbuat dari kayu khusus agar tahan lama bukannya dari plastik maupun kertas dengan perhitungan pembuatannya pun memakai hari baik atau dewasa dalam bahasa bali. Jaman dahulu kala atau jaman bali kuno topeng merupakan suatu benda yang sakral. Diistilahkan berisi roh yang mendiami suatu nyawa. Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.
Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng penuh (yang menutup seluruh muka penari), topeng setengah (yang menutup hanya sebagian muka dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung). Semua tokoh yang mengenakan topeng penuh tidak perlu berdialog langsung, sedangkan semua tokoh yang memakai topeng setengah memakai dialog berbahasa kawi dan Bali .
Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan – yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Drama tari topeng yang ada di Bali, yang terus berjalan dan berkembang, berubah sejalan dengan perubahan nilai nilai artistik, sosial, dan kultural dari masyarakat Bali .
Kemampuannya beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat pendukungnya telah membuat drama tari topeng ini hingga kini mendapat tempat yang cukup istimewa di hati masyarakat, khususnya Hindu yang ada di Bali maupun orang Bali yang ada di luar Bali .






Ø SEJARAH TARI TOPENG
Sebelumnya perlu diketahui, seni pertunjukan mempergunakan topeng di Bali sudah berkembang sejak zaman pemerintahan raja Jaya Pangus sekitar abad X. Dalam kumpulan prasasti Jaya Pangus ini sudah ditemui beberapa istilah-istilah seperti: atapukan yang artinya pertunjukan yang mempergunakan alat-alat penutup muka (topeng).
Selain itu, di Bali ditemukan beberapa buah prasasti yang memuat tentang kesenian topeng, salah satunya adalah prasasti Bebetin (tahun 896 Masehi), yang menyebutkan pertunjukan topeng sebagai atapukan. Di samping itu keberadaan topeng juga disebutkan dalam prasasti Blantih sekiktar tahun 1059 masehi.
Selain itu, ada juga prasasti tentang petopengan yaitu prasasti Ularan Plasraya. Dalam prasasti itu diceritakan tentang Pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel antara tahun 1460-1550. pada masa itu Dalem Waturenggong berniat  menaklukan Kerajaan Blambangan. Dikirimlah pasukan tentara di bawah pimpinan Ki Patih Ularan dan ditemani I Gusti Jelantik Pesimpangan. Dalam pertempuran tersebut Sri Dalem Juru, Raja Blambangan, kepalanya dapat dipenggal dan Blambangan dapat ditaklukan. Sebagai bukti telah menaklukan Blambangan dirampaslah beberapa barang, di antaranya dua buah gong, satu keropang Wayang Gambuh dan satu peti topeng.
Pada masa pemerintahan Wirya Sirikan, sekitar tahun 1879 oleh I Gusti Jelantik, topeng yang jumlahnya 21 buah itu dipindahkan   ke Blahbatuh, kini topeng-topeng itu disimpan di Pura Penataran Topeng yang berada di Blahbatuh, Gianyar. Dari 21 buah topeng tersebut, enam di antaranya yang memakai canggem sebagai alat memegang, topeng itulah yang diperkirakan berasal dari Jawa, karena sebagin besar topeng Jawa menggunakan canggem.
Di Bali selain topeng yang di Blahbatuh, juga terdapat juga topeng sakral di daerah Ketewel, Sukawati, yaitu topeng Sang Hyang atau Sang Hyang Topeng. Topeng ini bermuka wanita sehingga disebut Topeng Widyadari atau Bidadari,. Topeng itu ada tujuh buah, yaitu topeng Widyadari Kendran, Nilotama, Gagar Mayang, Sulasih, Gudita, Supraba dan Aminaka.
Di Desa Trunyan terdapat  Topeng Brutuk yang sering disebut Batara Brutuk. Di Desa Trunyan sebuah pura bernama Pura Pancering Jagat. Di pura itu terdapat sebuah patung besar tanpa busana setinggi empat meter yang bernama Bhatara Datonta atau Batara Ratu Pancering Jagat. Batara Ratu Pancering Jagat memiliki sebanyak 21 orang unen-unen dalam bentuk topeng yang dinamakan topeng Brutuk. Wajah topeng-topeng itu menyerupai topeng-topeng primitif, matanya besar dengan warna putih atau coklat, diduga peninggalan kebudayaan pra-Hindu Bali . Topeng-topeng Brutuk itu ditarikan oleh anggota sekaa taruna. Sebelum menari para taruna harus melewati proses sakralisasi selama 42 hari.
Selain itu, terdapat juga Barong yang merupakan topeng yang berwujud binatang, mitologi yang memiliki kekuatan gaib dan dijadikan pelindung masyarakat Bali. Barong Ket juga dianggap sebagai manifestasi dari Banaspati Raja, atau Raja Hutan. Orang Bali menganggap seekor Singa sebagai Raja Hutan yang paling dahsyat. Dalam pementasan tari Barong, figur Barong Ket dijadikan lambang kemenangan dan Rangda merupakan pihak yang kalah. Namun di luar konteks seni pergelaran, kedua figur itu disandingkan sebagai pelindung masyarakat. Selain Barong Ket, di Bali terdapat beberapa jenis Barong lainnya, seperti Barong Bangkal, Barong Gajah, Barong Macan, dan Barong Asu.
Ada juga Barong Landung dari segi wujudnya berbeda dengan barong-barong lainnya di Bali. Barong Landung diduga manifestasi dari perkawinan Dalem Balingkang (Jaya Pangus) dengan Putri Cina bernama Kang Ching Wie. Perkawinan itu tidak direstui oleh Bhatari Batur, yang kemudian mempralina keduanya. Sebagai tonggak peringatan, maka keduanya diwujudkan ke dalam pratima kecil dan disembah di Pura Batur. Sebagai wujud besarnya, kedua pratima itu dibuat dalam bentuk Barong Landung, laki-laki dan perempuan, Jero Gede dan Jero Luh.
Barong Dingkling atau Wayang Wong disebut juga Barong Blas-blasan. Ciri khas penampilan Barong Dingkling adalah meloncat-loncat dan kemudian berpisah-pisah satu sama lain untuk mencari sasarannya. Barong Dingkling yang tapelnya berupa topeng-topeng wanara seperti Sugriwa, Anoman, Anggada, Menda, dan Jumawan, merupakan tari penolak bala dan hama. Setiap tokoh itu mengusir hama-penyakit. Para wanara yang meloncat-loncat keriangan, dengan bunyi-bunyi ngore seperti monyet, menggetarkan pohon-pohon kelapa pertanda ritual pembersihan dilakukan.
Ada juga topeng Rangda, nama lain dari Calonarang — janda dari Desa Girah (Dirah) yang mempraktekkan desti (ilmu hitam) berwujud sebuah topeng yang sangat mengerikan. Biasanya menggambarkan sifat kejahatan dalam dramatari Calonarang. Rangda sebagai sungsungan (sakral) hampir tak pernah dipisahkan keberadaannya dengan Barong Ket. Keduanya distanakan sebagai makhluk dahsyat yang bisa memberi perlindungan kepada masyarakat penyungsungnya. Hampir setiap desa di Bali memiliki kedua tokoh ini yang sebagai penjaga keselamatan desa.
Yang terakhir adalah Topeng Babad yang menggunakan babad sebagai sumber lakonnya. Ada dua jenis Topeng Babad yaitu Topeng Pajegan dan Topeng Panca. Topeng Pajegan dimainkan seorang penari (aktor) yang sendirian menarikan 8-12 tokoh berbeda dalam sebuah pementasan. Topeng Pajegan disebut juga Topeng Wali, karena ia berfungsi untuk sarana upacara keagamaan dan dipentaskan sejajar dengan Wayang Lemah. Sedangkan Topeng Panca dipentaskan oleh lima orang penari.






Ø Jenis-jenis Dramatari Topeng di Bali
1. Topeng Pajegan
Kata pajegan mengacu kepada kegiatan pedesaan masyarakat Bali agraris, yang kini bisa diterjemahkan dengan ”memborong”. Penari Topeng Pajegan memborong semua peran yang ada di dalam cerita. Yang ada hanya seorang pemain, dan cerita berkembang dengan seutuhnya lewat satu pemain. Pada intinya, Topeng Pajegan adalah ritual yang mengiringi upacara keagamaan Hindu dalam budaya Bali yang diakhiri dengan Topeng Sidakarya sebagai puncak dari ritual itu.
Oleh karena itu, penari Topeng Pajegan adalah orang yang tinggi tingkatan spiritualnya, karena dia harus memberikan pencerahan kepada masyarakat (penonton) apa inti upacara itu, apa tujuan upacara, dan apa akibatnya apabila upacara ini tidak dilaksanakan. Seorang penari Topeng Pajegan adalah seorang pendharma wacana yang piawai, sekaligus memiliki kemampuan bercerita seperti seorang dalang.
Topeng Pajegan, topeng yang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas yang terdapat di dalam topeng. Di dalam Topeng Pajegan ada sebuah topeng yang mutlak harus ada yakni topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng pajegan ini dengan upacara keagamaan maka topeng inipun disebut topeng Wali.
Sebuah tradisi yadnya di Bali ada yang disebut kutukan Dalem Sidakarya. Inti kutukan ini adalah seberapa besar pun yadnya yang dibuat, seberapa banyak pun banten yang dihaturkan, tidak akan ada artinya jika belum mendapat ”restu” dari Dalem Sidakarya. Banten bisa menjadi sampah yang berbau busuk, dan yadnya bisa tidak sampai pada tujuannya. Karena itu diperlukan pamuput karya di luar sulinggih, yakni pementasan Topeng Sidakarya.
Legenda di balik pementasan Topeng Sidakarya. Kisahnya konon terjadi pada pemerintahan Dalem Waturenggong di Gelgel yang akan mengadakan upacara besar di Pura Besakih. Tiba-tiba ada seorang Brahmana walaka—bukan pendeta—dari Keling, Madura mengaku akan mencari saudaranya yang tiada lain adalah Dalem Waturenggong. Sayangnya, karena perjalanan yang jauh dan berhari-hari, Pandita Keling sampai di Gelgel dalam keadaan kumal, bajunya compang-camping, mirip seorang pengemis. Dalam pakaian seperti itu, tak ada seorang pun staf kerajaan yang percaya kalau tamu tak diundang itu saudara  Dalem Waturenggong. seorang pandita. Maka, Brahmana Keling diusir dengan paksa, setelah sebelumnya sempat dihina.
Brahmana Keling pergi dengan dendam. Di sebuah tempat yang sepi, dia melakukan perlawanan dengan mengucapkan mantra yang isinya yadnya yang diselenggarakan oleh Dalem Waturenggong tidak akan membawa berkah, malahan menimbulkan bencana. Semua banten menjadi busuk dan tikus-tikus pun mengerubungi banten busuk itu. Tikus semakin banyak sampai merusak tanaman petani. Rakyat menjadi resah.Raja Waturenggong dalam samadinya tahu siapa yang mengutuk upacara besarnya itu. Dia lantas mengutus Arya Tangkas untuk menjemput Brahmana Keling yang masih tinggal di tempat sepi (suung) itu. Raja meminta maaf dan memohon kepada Brahmana Keling agar karya yang dilaksanakan menjadi sida (diberkahi). Jika mampu maka Brahmana Keling akan diakui sebagai saudara dan diberi gelar Dalem Sidakarya.Selanjutnya, Dalem Waturenggong menitahkan agar setiap upacara atau karya yang dilaksanakan orang Bali menggunakan Topeng Sidakarya sebagai pemuput upacara atau mohon jatu karya ke Pura Dalem Sidakarya, berupa catur wija dan panca taru.
Dari legenda itu masyarakat Hindu di Bali lantas membuat Topeng Sidakarya. Wujudnya berwajah jelek dengan gigi merangas sebagai simbol dari pandita yang wajahnya mirip gelandangan. Karena itu, penari Topeng Sidakarya biasanya lebih banyak menutup wajah — terutama mulut — dengan kain putih yang dibawanya. Namun, mantra yang diucapkan sangat bertuah karena dilakukan dengan ngider buwana (ke segala arah). Itu sebabnya, tidak semua penari topeng mampu menarikan Dalem Sidakarya.
Kebanyakan masyarakat Bali yang tidak mementaskan Topeng Sidakarya untuk muput yadnya beralasan lain lagi, yakni tak ingin memanggil sekaa topeng. Pengeluaran bertambah dengan mementaskan topeng. Namun, Topeng Sidakarya sendiri sesungguhnya bisa dipentaskan tanpa ”pementasan topeng”. Artinya, yang didatangkan hanya seorang penari topeng yang sudah berhak (secara ritual) membawakan topeng Dalem Sidakarya itu.
Gamelan pengiring tidak menjadi masalah, bisa gong gede, angklung, maupun gender biasa, disesuaikan dengan gamelan yang ada pada penyelenggaraan yadnya. Dalam hal ini penari Topeng Sidakarya disebut ”Topeng Pajegan”, karena dia harus menarikan berbagai peran. Dalem Sidakarya hanya muncul pada saat akhir yakni ketika membuat tirtha. Karena itu sebelumnya ”penari pajegan” ini melakukan improvisasi dan monolog untuk mengantar pada kemunculan Dalem Sidakarya. Penari bisa membanyol, bisa pula memberikan semacam dharma wacana, tergantung siapa penarinya.
Sebagai seni ritual (seni wali) Topeng Sidakarya perlu dikembangkan dan dipopulerkan. Tentu fungsi utamanya ditambah, bukan hanya untuk mentradisikan legenda pamuput akhir dari yadnya, tetapi untuk media dharma wacana. Sekarang ini bukan hanya hama tikus yang meresahkan tetapi juga terjadinya kemerosotan moral pada generasi muda. Nah, siapa tahu Topeng Sidakarya bisa menjadi media perlawanan dalam mengatasi masalah moral ini dan bisa menjadi tongkak untuk menguatkan kesenian di bali khususnya seni tari wali ini.
2. Topeng Panca
Drama tari topeng yang ditarikan oleh 5 ( lima ) orang penari. Topeng ini timbul di Denpasar sekitar tahun 1915. Topeng Panca dipentaskan oleh lima orang penari. Topeng ini merupakan perkembangan dari Topeng Pajegan. Topeng Panca ini berkembang menjadi Topeng Sapta, dengan tambahan penari Putri dan Condong.
3. Topeng Prembon
Dramatari topeng yang sudah dikombinasikan dengan unsur drama tari Bali lainnya (biasanya dari arja) namun strukturnya patopengannya masih tetap dominan. Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar.Prembon (per-imbuh-an) adalah dramatari campuran dari berbagai unsur dramatari klasik Bali yang ada. Sesungguhnya setiap dramatari yang diciptakan dengan cara menggabungkan berbagai unsur-unsur tari Bali yang telah ada dapat disebut sebagai Prembon. Prembon muncul pada zaman revolusi, tepatnya tahun 1942, Prembon lahir dari penggabungan seni Topeng dan Arja. Lakon yang ditampilkan pada umunnya bersumber dari cerita Babad dan semi sejarah lainnya sebagaimana halnya dramatari. Di daerah Gianyar, Prembon yang banyak memasukan unsur-unsur Arja dan Gambuh biasa disebut Tetantrian.

Ø TOPENG
    







Ø Fungsi Topeng
Fungsi – fungsi topeng adalah sebagai berikut :
1.     Sebagai ucapan rasa terimakasih yang didasari oleh keikhlasan dan penuh ketulusan hati,rasa bakti kepada Tuhan dapat dilakukan dengan beragam wujud persembahan, seperti sesajen, punia dan ayah-ayahan
2.     Sebagai pemuput upacara.
3.     Sebagai sarana hiburan masyarakat.
4.     Sebagai tokoh perwatakan manusia.
5.     sebuah persembahan yang ditujukan kepada orang tua atau roh leluhur orang tua yang  telah meninggal, yang diungkapkan dengan rasa bakti oleh keturunannya.
6.     Sebuah persembahan yang tulus ikhlas yang dilandasi dengan kesucian untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia mulai dari terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia.
7.     persembahan yang ditujukan kehadapan para bhuta kala atau mahluk bawahan, yang berpengaruh buruk serta dapat menimbulkan bencana. Agar mengharmoniskan semua kekuatan alam baik Bhuana Agung maupun Bhuana Alit, sehingga tercapainya kesejahtraan dan kebahagiaan hidup







TARI GAMBUH
Ø PENGERTIAN TARI GAMBUH
Gambuh adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.
Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya.
Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya.
Diiringi dengan gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu, tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan dalam Gambuh adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya/Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar, dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog umumnya menggunakan bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya, atau kasar.

 

 

Ø FUNGSI TARI GAMBUH
Fungsi secara umum memiliki sebuah pengertian kegunaan dari suatu hal yang dapat memberikan kontribusi terhadap kehidupan masyarakat. Kesenian secara umum hidup dan berkembang di masyarakat. Keberlangsungan kehidupan sebuah kesenian sangat dipengaruhi oleh masyarakat sebagai  pendukungnya. Kehidupan kesenian pada masyarakat tentunya memiliki arti dan peranan penting terhadap kelangsungan sebuah kebudayaan, yang dapat memberikan dan memenuhi suatu kebutuhan bagi masyarakat baik yang bersifat estetis, ritual maupun yang lainnya. Keberlangsungan kesenian klasik khususnya di Bali mempunyai fungsi dan peranan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Terlebih sebagai masyarakat  yang  beragama dan berbudaya

§  Fungsi Upacara
            Upacara adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan suatu kepercayaan dan pemujaan terhadap Tuhan (Ida Shang Hyang Widhi Wasa) beserta manimfestasi beliau. Secara khusus dalam Agama Hindu pelaksanaan sebuah upacara sering dikenal dengan istilah yadnya (yajna). Secara etimologi  kata yadnya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu  yajna adalah kata benda jenis laki-laki (maskulinum yang berasal di urat kata V Yaj) yang berarti memuja atau mempersembahkan dan memberi pengorbanan. Jadi yadnya artinya  pemujaan, persembahan atau korban suci baik material maupun non material berdasarkan hati yang tulus ikhlas dan suci murni demi tujuan-tujuan yang mulia dan luhur.
1.      Fungsi Gambuh Kedisan pada Upacara Dewa Yadnya

DewaYadnya adalah suatu persembahan yang ditujukan kepada para dewa sebagai manimfestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, di mana persembahan tersebut didasarkan dengan keikhlasan dan penuh ketulusan hati.Rasa bakti kepada Tuhan dapat dilakukan dengan beragam wujud persembahan, seperti sesajen, punia dan ayah-ayahan. Kesenian Gambuh Kedisan secara umum dipertunjukan di setiap upacara Dewa Yadnya (odalan) di Pura Khayangan Tiga dan Khayangan lainnya yang terdapat di Desa Kedisan. Pementasan dalam kontek upacara Dewa Yadnya, Gambuh ini selalu dipentaskan dengan tujuan ngaturan ayah (ngayah) di Pura yang sedang melaksanakan odalan.
Gambuh ini biasanya dipentaskan dua kali, yaitu  pertama pada piodalan hari kedua (menek jrimpen), dan kedua pada piodalan hari ketiga (menek penek). Pertunjukan Gambuh berlangsung pada sore hari, bersamaan dengan ida  Bhatara turun mepada.
Pertunjukan Gambuh berlangsung di Jaba Tengah (madya mandala) pura. Dengan tempat (kalangan) yang sederhana, tanpa adanya hiasan-hiasan yang mendukung kalangan tersebut. Kesenian Gambuh ini selalu dipertunjukan di Pura setiap tahunnya (odalan). Terkecuali di Desa Kedisan ada halangan  kematian (cuntaka). Mantenin gelungan adalah sebuah ritual upacara terhadap gelungan (hiasan kepala)  sebelum dipakai menari. Gelungan dipercayai memiliki kekuatan magis atau taksu, sehingga sebelum dipergunakan terlebih dahulu diupacarai dengan mempergunakan banten (sesajen) yang disesuaikan dengan desa kala patra tempat pementasan, seperti Suci, Sorohan, dan Daksine Pejati. Ditujukan kepada Ida Shang Hyang Widhi dan manimvestasi beliau sebagai Sang Hyang Pasupati dan Sang Hyang Taksu, agar diberikan keselamatan dalam pementasan Gambuh. Mantenin kalangan dilaksanakan di tengah-tengah kalangan (panggung sementara) yang bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi dan manimfestasi beliau sebagai Ibu Pertiwi guna memohon ijin melaksanakan pertunjukan di tempat  tersebut. Banten kalangan biasanya dilengkapi dengan segehan yang diperuntukan pada buta kala, agar tidak mengganggu pelaksanaan pertunjukan. Mantenin gong adalah upacara yang dilakukan terhadap gamelan yang akan dipergunakan mengiringi tarian Gambuh, dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi dan manimvestasi beliau sebagai Dewa Bunyi-bunyian, dengan tujuan memohon keselamatan pada sebuah pementasan.

 2. Fungsi Gambuh Kedisan pada Upacara Pitra Yadnya

 Pitra Yadnya adalah sebuah persembahan yang ditujukan kepada orang tua atau roh leluhur orang tua yang  telah meninggal.Yadnya ini merupakan sebuah persembahan yang didasari atas rasa bakti terhadap para leluhur, yang diungkapkan dengan rasa bakti oleh keturunannya. Misalnya  lingkungan puri yang didiami oleh raja dan para keluarganya. Ketika melaksanakan sebuah upacara Pitra Yadnya tentunya dilengkapi dengan berbagai kesenian, yang merupakan tanda penghormatan dan ungkapan rasa bakti keluarga kepada mendiang. Kesenian yang dipentaskan biasanya kesenian yang kehidupannya pada jaman dahulu berada di lingkungan kraton atau puri seperti kesenian Gambuh.
            Gambuh Kedisan salah satunya selalu pentas di setiap kegiatan upacara Pitra Yadnya (pelebon) di lingkungan puri. Gambuh ini sering pentas ketika ada upacara Pitra Yadnya di Puri Ubud dan Gianyar. Gambuh ini dipentaskan ketika jenazah raja akan di usung dan ditempatkan pada wadah (bade), yang nantinya akan diusung menuju kuburan. Menurut I Gusti Ngurah Widiantara tidak semua jenis upacara Pitra Yadnya yang dilaksanakan di lingkungan puri, menggunakan kesenian Gambuh. Kesenian ini dipertunjukan  sesuai dengan tingkatan upacara yang diambil, serta apabila yang meninggal adalah tokoh raja baru dilengkapi dengan pertunjukan Gambuh, tepatnya ketika puncak upacara. Kesenian ini dipentaskan dengan maksud rasa bakti kepada sang raja yang telah meninggal, serta menghormati keagungannya sebagai seorang raja yang telah meningal. Pertunjukan Gambuh juga dipentaskan ketika berlangsungnya upacara Ngasti yang dilaksanakan pada lingkungan puri.  Konteks upacara Pitra Yadnya Gambuh Kedisan hanya dipentaskan pada lingkungan puri, sesuai dengan tingkatan upacara yang dilaksanakan, tidak pada masyarakat umum.
3. Fungsi Gambuh Kedisan pada Upacara Manusa Yadnya

Manusa Yadnya adalah suatu upacara yang tulus ikhlas yang dilandasi dengan kesucian untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia mulai dari terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia.Upacara Manusa Yadnya merupakan sebuah upacara yang dilakukan dengan tingkatan-tingkatan tertentu mulai dari terbentuknya janin dalam kandungan, diupacari dengan istilah magedong-gedongan. Sampai pada manusia meninggal dunia diupacarai dengan istilah (ngaben/pelebon). Upacara pernikahan (pawiwahan) adalah salah satunya upacara Manusa Yadnya yang tergolong sakral. Perlu adanya pemilihan hari baik (dewasa), serta tingkatan upacara yang akan dilaksanakan. Pada lingkungan puri biasanya mengambil tingkatan upacara yang tergolong madya dan utama. Untuk keturunan raja atau pun keluarganya biasanya dilengkapi dengan sajian tari Gambuh, seperti upacara pawiwahan di Puri Gianyar.
Menurut I Gusti Ngurah Widiantara, Gembuh Kedisan sempat beberapa kali pentas di Puri Gianyar, pada Upacara Pernikahan yang dilaksanakan oleh keluarga raja. Gambuh tersebut dipentaskan semata-mata bukan untuk hiburan, melainkan dipentaskan ketika upacara tersebut sedang berlangsung. Terakhir Gambuh ini pentas di Puri Gianyar pada upacara Manusa Yadnya adalah ketika pernikahan putra dari Anak Agung Baratha. Kesenian ini dipertunjukkan dalam konteks Upacara Manusa Yadnya hanya dalam wilayah puri, bukan pada masyarakat umum.

4. Fungsi Gambuh Kedisan pada Upacara Bhuta Yadnya
            Bhuta Yadnya adalah sebuah korban suci atau persembahan yang ditujukan kehadapan para bhuta kala atau mahluk bawahan, yang berpengaruh buruk serta dapat menimbulkan bencana. Agar mengharmoniskan semua kekuatan alam baik Bhuana Agung maupun Bhuana Alit, sehingga tercapainya kesejahtraan dan kebahagiaan hidup. Upacara bhuta yadnya merupakan upacara yang identik dengan penetralisiran alam bawah. Ketika sebuah upacara ini dilaksanakan selalu dilengkapi dengan berbagai bunyi-bunyian, seperti tetabuhan Balaganjur, Sungu, Kul-kul, Kendang kecil, Bajra Puter dan sebagainya, yang di percaya bisa mengusir bhuta kala. Selain itu juga dilengkapi dengan sajian topeng. Secara umum pada upacara bhuta yadnya ini tidak dilengkapi dengan kesenian sakral, namun ketika disajikan bersamaan dengan upacara tersebut, secara tidak langsung juga berfungsi sebagai upacara bhuta yadnya.
Secara khusus Kesenian Gambuh Kedisan memang tidak pernah difungsikan pada upacara bhuta yadnya. Akan tetapi sering kali ketika melakukan sebuah pertunjukan (ngayah) pada setiap upacara yang mengambil tingkatan madya dan utama. Berlangsungnya pertunjukan Gambuh tersebut sejalan dengan berlangsungnya tahapan upacara yang disebut dengan Tawur Agung. Jadi secara tidak langsung kesenian ini difungsikan pada konteks upacara bhuta yadnya.

Ø  Sejarah Tari Gambuh
Gambuh adalah sebuah drama tari warisan budaya Bali, yang memperoleh pengaruh dan drama tari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang dikenal dengan nama Rakêt Lalaokaran. Drama tari klasik yang lahir di Puri pada masa lampau, masih dilestarikan diberbagai daerah di Bali, yang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Rakêt telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, dan baru disebutkan lagi dalam Kidung Warjban Wideya dari abad XVI. Rakêt Lalaokaran yang juga disebut Gambuh Ariar adalah pertunjukan berlakon yang merupakan perpaduan antara Rakêt dengan Gambuh. Gambuh abad XVI ini adalah tarian perang yang merupakan kelanjutan dan Bhata Mapdtra Yuddha, yaitu tarian perang untuk menghibur rakyat Majapahit yang melaksana upacara Shreiddha.Penelitian yang mengkaji asal-usul Gambuh  serta pengaruhnya pada dramatariArja ini, merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnokoreologi, yaitu sistem analisis yang memadukan penelitian tekstual dengan penelitian kontekstual. Kedua drama tari ini memiliki aspek-aspek yang multilapis, sehingga dalam kajiannya akan melibatkan pula metode, teori maupun konsep-konsep disiplin lainnya. Penelitian untuk disertasi ini juga menyajikan pembahasan tekstual secara lebih rinci, yaitu dengan melakukan perbandingan antara Gambuh dengan  Arja dilihat dari unsur-unsur yang membangun kedua drama tari tersebut. Studi banding ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persamaan yang dimiliki, serta seberapa jauh perbedaan yang ditunjukkan oleh kedua drama tari tersebut.Terwujudnya Gambuh sebagai dramatari istana yang adiluhung telah memberikan pengaruh yang besar pada kehidupan seni pertunjukan di Bali. Gambuhyang terbentuk di Bali tidak hanya memperkenalkan cerita sebagai lakon yang memunculkan adanya struktur dramatik yang lengkap, akan tetapi memperkenalkan pula koreografi yang rumit dan penampilan yang artistik, untuk hiburan raja dan para bangsawan kerajaan. Bentuk pertunjukan Gambuh memiliki standar kualitas tertentu yang mencirikan Gambuh, yaitu memiliki struktur pertunjukan dan koreografi serta iringan musik yang pasti, perbendaharaan gerak yang lengkap dengan aturan-aturan yang ketat, yang tidak dimiliki oleh Bali sebelumnya. Begitu pula kostum yang digunakan sangat megah, berbeda dengan kostum yang digunakan oleh tarian-tarian sebelumnya yang sangat sederhana. Itulah yang menyebabkan Gambuh  dikatakan sebagai sumber drama tari yang muncul kemudian di Bali.Salah satu drama tari yang mendapat pengaruh dari Gambuh adalah drama tari opera arja. Arja adalah dramatari opera yang menggunakan tembang dan dialog sebagai media ungkap lakon yang ditampilkan. Dilihat dari bentuk pertunjukkan arjayang sekarang dengan bentuk pertunjukan pada mulanya ketika masih disebut dadap,tampak perbedaan yang sangat mencolok. Hal ini menunjukkan perbedaan dramatari opera arja seperti sekarang ini telah melalui suatu proses transformasi dengan rentangan waktu yang sangat lama. Dramatari arja yang muncul dikalangan masyarakat jelata sebagai sebuah pertunjukan yang sederhana pada mulanya, telah berubah secara bertahap menjadi bentuk seni pertunjukan yang memiliki unsur-unsur pokok Gambuh dalam bentuk yang lebih menarik.Gambuh yang muncul sebagai drama tari istana telah berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat Bali yang religius. Ditemukannya lontar Dharma Pagambuhan dalam penelitian ini, menunjukan hubungan yang erat antara seni pertunjukan dengan kehidupan ritual keagamaannya. Lontar Dharma Pagambuhanmerupakan lontar tuntunan spiritual untuk dramatari Gambuh, yang berisi pertunjukan berupa mantra-mantra yang harus diketahui oleh penari maupun Penabuh Gambuh. Lontar ini juga memuat jenis-jenis sesajen yang harus dipersembahkan ketika melakukan pementasan Gambuh. Digunakannya jenis-jenis sesajen yang dimuat dalam Dharma Pagambuhan oleh genre seni pertunjukan lainnya di Bali merupakan pertunjukan pula, bahwa Gambuh adalah sumber drama tari Bali yang tercipta kemudian.Penelitian ini telah menunjukkan bahwa Gambuh memang berasal dari zaman Jawa-Hindu di Jawa Timur, yang telah mengalami perubahan dan perkembangan di Bali. Kehadiran Gambuh tepat pada saat bali sedang mengalami kebangkitan kembali dalam bidang seni, yaitu pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong (1460-1550). Gambuh yang memiliki elemen-elemen dramatari yang sangat lengkap, telah menjadikannya lengkap, telah menjadikannya sumber, yang kemudian mempengaruhi bentuk-bentuk seni pertunjukan yang lahir kemudian. Arja merupakan transformasiGambuh ke dalam bentuk pertunjukan yang memiliki nuansa baru serta karakter yang berbeda dengan sumbernya. Arja memiliki unsur-unsur pokok Gambuh dalam bentuk yang lebih menarik, dalam arti sesuai dengan jiwa zamannya. Semua itu berkat peran para penari Gambuh yang terlibat dalam pembentukannya, termasuk peran istana yang telah membangun arja sebagai arja due purl (arja milik istana), yang juga turut memberikan pengaruh dan dampak yang menguntungkan dalam dunia seni pertunjukan di Bali. Tari gambuh biasanya dipentaskan pada saat Hari Raya Galungan dalam rangka mengiringi serangkaian upacara pada Hari Raya Galungan tersebut selain itu juga dipergunakan pada saat orang setempat melaksanakan acara pernikahan, selain itu juga banyak dicari atau diundang oleh desa tetangga dalam rangka mengiringi upacara yadnya juga, orang setempat menyebutnya Nunas Tirta Gambuh. Pada hari Raya Galungan, Tari Gambuh ini dipentaskan pada sore atau malam hari H. Tokoh - tokoh dalam tari Gambuh tersebut lumayan banyak juga. Awalnya tari Gambuh ini dimulai dengan mementaskan 2 penari dengan tokoh "Condong dan Galuh" biasanya disebut Salah satu keunikan Gambuh adalah pada bentuknya, yang merupakan gabungan antara tari Jawa dan tari Bali, dimana Gambuh memasukkan cerita dalam tarian Bali karena tarian Bali pada zaman Pra-Hindu tidak memiliki cerita. Dalam perkembangannya, Gambuh yang semula hanya mengambil cerita Panji kemudian dapat menampung berbagai cerita klasik yang sesuai dengan struktur dramatikanya.

Ø GAMBUH

KKPI ( pengertian internet dan manfaat internet)



A.                     PENGERTIAN INTERNET
Interconnection network (internet) adalah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung. Internet berasal dari bahasa latin "inter" yang berarti "antara". Internet merupakan jaringan yang terdiri dari milyaran komputer yang ada di seluruh dunia. Internet melibatkan berbagai jenis komputer serta topology jaringan yang berbeda. Dalam mengatur integrasi dan komunikasi jaringan, digunakan standar protokol internet yaitu TCP/IP. TCP bertugas untuk memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan baik, sedangkan IP bertugas untuk mentransmisikan paket data dari satu komputer ke komputer lainya.
 Internet merupakan dunia tanpa batas. Artinya, semua orang mempunyai hak yang sama di internet. Oleh sebab itu, internet merupakan dunia yang bebas dimasuki tanpa harus terikat pada peraturan-peraturan negara tertentu dan tanpa dibatasi oleh batas-batas wilayah teritorial negara tertentu. Internet merupakan salah satu pemicu terjadinya globalisasi karena telah menghilangkan batas-batas dunia. Internet memungkinkan anda mengakses informasi yang tersimpan di komputer di belahan dunia lain. Internet telah membuat dua orang dari belahan bumi yang berbeda dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh batas-batas negara, waktu, jarak, dan hukum atau biokrasi suatu negara.

B.                     SEJARAH  INTERNET
Internet pertama kali muncul di Amerika Serikat yang di gagas oleh Departemen Pertahanan pada tahun 1969, melalui proyek ARPA disebut juga ARPANET (Advanced Research Project Agency Network). Dalam proyek tersebut mereka menunjukan bahwa dengan menggunakan perangkat hardware dan software berbasis UNIX, komunikasi bisa dilakukan dengan jarak yang tak terbatas melalui saluran telepon. Dalam proyek ARPANET terbentuklah cikal bakal TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) seperti sekarang ini. Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan. Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu pada tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya. Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.
Tahun 1972, Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Hari bersejarah berikutnya adalah tanggal 26 Maret 1976, ketika Ratu Inggris berhasil mengirimkan e-mail dari Royal Signals and Radar Establishment di Malvern. Setahun kemudian, sudah lebih dari 100 komputer yang bergabung di ARPANET membentuk sebuah jaringan atau network.   Pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita kenal dengan DNS atau Domain Name Server. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih.  Tahun 1988, Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun sesudahnya pengguna kembali melonjak 10 kali lipat sekitar 100.000 pengguna terhubung. Pada tahun 1990 bisa di anggap tahun yang paling bersejarah dalam dunia internet, ketika Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut www, atau Worl Wide Web.
Aplikasi World Wide Web (WWW) ini menjadi konten yang dinanti semua pengguna internet. WWW membuat semua pengguna dapat saling berbagi bermacam-macam aplikasi dan konten, serta saling mengaitkan materi-materi yang tersebar di internet. Sejak saat itu pertumbuhan pengguna internet meroket menjadi jutaan bahkan sampai saat ini hampir seluruh dunia terhubung ke internet. 





C.                     MANFAAT INTERNET

Tingginya mobilitas penggunaan internet menuntut jaringan yang fleksibel, sehingga seseorang yang sedang berpergian tetap dapat mengakses internet walaupun di dalam mobil yang sedang berjalan, sehingga dikembangkannya jaringan tanpa kabel (wireless). Berikut manfaat internet secara umum.

1. Menambah Wawasan
Dengan tersedianya milyaran informasi yang ada di internet, hanya perlu mencarinya saja. Hanya dengan mengetik beberapa kata pun, informasi yang Anda inginkan sudah bisa didapatkan. Misalnya Anda sangat gemar dengan olahraga sepakbola, maka semua informasi mengenai sepakbola di internet ada. Jadi, internet sangat menambah wawasan penggunanya.

2. Lebih Efisien
Tak perlu membeli koran, tak perlu berlama-lama menunggu informasi yang Anda mau di TV. Dengan internet, informasi apapun bisa langsung Anda dapatkan. Jadi, dapat dibuktikan bahwa internet bukan hanya media yang murah, tetapi juga sangat efisien.

3. Memudahkan Komunikasi
Di era yang semakin canggih ini, berkomunikasi tak perlu lagi menggunakan surat, melainkan menggunakan fasilitas digital yang tersedia saat ini, seperti halnya di internet. Internet mampu berperan sebagai media komunikasi kita dengan orang lain, contohnya bisa mengirimkan tulisan rasa rindu kepada teman melalui social media yang bagus, seperti  Google+.




4. Meningkatkan Penguasaan Bahasa Asing
Bisa menggunakan bahasa asing adalah sesuatu yang sangat membanggakan, terlebih lagi berbicara mengenai bahasa Inggris. Bahasa yang satu ini merupakan bahasa internasional yang sebetulnya wajib kita kuasai sebagai bekal untuk bekerja nantinya, terlebih lagi jika Anda ingin bekerja di luar negeri. Di internet sendiri memang sangat banyak informasi yang disajikan dalam bentuk bahasa Inggris. Selain itu Anda juga bisa belajar bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya dengan menerjemahkan kata atau kalimat di Google Translate.

5. Mendorong Kemandirian
Tahukah Anda, orang yang sudah fasih menggunakan internet biasanya cenderung bisa lebih mandiri dalam mencari sebuah informasi yang dibutuhkan olehnya. Karena dirinya mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, sehingga jika ia penasaran bisa mencarinya di internet. Sehingga terciptalah karakter kemandirian, karena terbiasa insiatif sendiri mencari informasi.

6. Sarana Pendidikan Jarak Jauh
Internet sebagai perpustakaan online dan kemampuannya dalam membangun komunikasi yang interaktif memungkinkan setiap orang melakukan pendidikan jarak jauh. Artinya, seorang guru atau dosen dengan siswa atau mahasiswa tidak harus berada di satu tempat, melainkan bisa di tempat yang berbeda walaupun jauh. Mengapa bisa? Karena siswa bisa mengakses website yang telah sekolah buat, lalu siswa mengikuti proses pendidikan di depan komputernya, bisa kapan saja, bahkan hingga 24 jam.

7. Sebagai Sarana Hiburan
Berbicara mengenai hiburan, sebenarnya sebuah hiburan bisa didapatkan bukan hanya di dunia nyata saja, di dunia maya pun bisa. Di internet, Anda bisa mendapatkan hiburan sesuai yang Anda mau, misalnya menonton sebuah video lucu, gambar yang menghibur, bermain game secara online, menyegarkan pikiran dengan mencari informasi menghibur, dan lain-lain.

8. Memudahkan Pekerjaan
Pekerjaan yang sebelumnya terasa berat bisa menjadi ringan karena hadirnya internet. Contoh, jika Anda diperintahkan oleh direktur untuk memberikan sebuah data ke kantor lain, dan hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan surat elektronik di internet atau biasa disebut dengan Email.

9. Untuk Menjalankan Bisnis
Bisnis yang dijalankan di internet disebut oleh kebanyak orang dengan bisnis online. Ya, bisnis online kini tengah populer dan sudah sangat banyak yang menjalaninya dari seluruh penjuru dunia. Bagusnya bisnis online adalah kita hanya duduk di depan laptop atau komputer saja sambil menjalankan bisnis, jadi tentunya sangat hemat tenaga dan bahkan hasilnya bisa lebih besar dibanding bekerja di dunia nyata.

10. Bisa Untuk Berbelanja
Jika Anda suatu hari sedang malas untuk keluar rumah, ataupun sekedar ingin mencari pengalaman baru berbelanja. Belanja online adalah pilihan yang tepat, meski begitu Anda harus berhati-hati, perhatikan apakah penjualnya terpercaya dan barangnya terbukti berkualitas. Jadi begitu mudahnya belanja online, caranya Anda hanya perlu memesan sesuai dengan format yang telah ditentukan penjual, harga cocok, kirim uang, barang terkirim sampai di rumah Anda.

Di era yang semakin elit dan canggih ini, bisa mengoperasikan internet adalah sebuah keharusan. Karena jika tidak, kita bisa tertinggal oleh zaman, dan mungkin tidak berkembang pola pikirnya, karena masih berpikir secara tidak modern. Beberapa manfaat internet tersebut membuktikkan bahwa internet sangat luar bisa peranannya dalam pola hidup manusia saat ini. Mulai dari penyajian informasi, hiburan, hingga bisnis semua ada di internet. Semua hal yang sebelumnya sulit, akan terasa dengan mudah jika menggunakan internet.