Jumat, 27 Maret 2015

BUDAYA HINDU

BAB II BUDAYA HINDU
  1. Pengertian :
            Budaya , terdiri bari “Budi” yang artinya sesuatu yang bernilai tinggi : sedangkan “Daya” artinya kemampuan membuat karya yang bermutu. Jadi, “Budaya Hindu” artinya hasil kreatifitas masyarakat Hindu menciptakan karya yang bermutu untuk meringankan masyarakat Hindu dalam kehidupan beragama maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah dalam bentuk seni : (Kamus Besar  Bhs. Indonesia )
  1. Jenis-jenis seni keagamaan
            Seni keagamaan pada dasarnya dibagi atas dua jenis, yakni :
  1. Seni Sakral  : seni yang difungsikan sebagai pengiring atau pelengkap upacara.
  2. Seni Profan : seni yang difungsikan sebagai penghibur pada upacara

Perbedaan antara Seni  Sakral dengan Seni Profan, adalah :
  1. Seni Sakral tidak disewakan, tetapi Seni Profan sebaliknya.
  2. Seni Sakral berfungsi sebagai pelaksanaan atau pemuput karya, tetapi Seni Profan untuk menghibur.
  3. Seni Sakral dipasupati dengan  tujuan  sebagai alat pelaksanaan upacara, tetapi Seni Profan dipasupati agar bisa menarik minat penonton.
  4. Seni Sakral menggunakan alat perlengkapan upacara yg khas, sedangkan Seni Profan tidak.

Adapun jenis – jenis seni sakral yang mengiringi pelaksanaan  Panca Yadnya :
  1. Seni Tari : Rejang,  Pendet, Baris, Sang Hyang, Bedaya Semang, Tor Tor, dan Gantar.
  2. Seni Suara : Wargasari, Sekar Madya, Sekar Agung, Sloka, Palawakya, dan Gending Sang Hyang.
  3. Seni Tabuh : Gambang,  Soron, Selonding , Gong Beri, Gong Luwang, Angklung, dan Gender Wayang.
  4. Seni Bangunan : Padmasana, Meru, Rong Tiga, Candi Bentar, dan Tugu Karang.

Sedangkan yang dapat digologkan ke dalam Seni Profan, yakni :
  1. Seni Tari : Wayang, Cak, Gambuh, Janger, Topeng, Legong, Oleg, Sendratari, Drama Gong, dan Arya.
  2. Seni Suara : Sekar Alit dan gending Daerah.
  3. Seni Tabuh : Pegambuhan, Pengarjan, Semar Pegulingan, Gong Kebyar, Pelegongan, Pejangeran , Joged Pingitan, Angklung Bilah, Gangsa Jongkok, Joged Bungbung, Bebonangan, dan Gong Suling.
  4. Seni  Bangunan : Bangunan Tradisional, Bangunan Pariwisata, Bangunan Sosial, dan Bangunan lainnya.

  1. Tujuan dan Makna Seni Keagamaan
            Secara umum tari keagamaan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Ungkapan tariannya meniru  gerak ritmis gerak alam.
  2. Ritmis gerak dilakukan dangan spontanitas pencurahan jiwa penarinya.
  3. Dalam penampilannya dirasakan adanya suasana mistik, magis dan religius.
  4. Ekspresi tarian erat kaitannya dengan peristiwa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai.
  5. Biasanya dilakukan oleh banyak orang.
  6. Istrumen musik vokal sangat sederhana tetapi dapat menggugah alam rasa yang sangat dalam.
  7. Biasanya sering terjadi pengulangan gerak dan musik dengan tujuan mempercepat terciptanya mistik dan magis.
Peralatan-peralatan yang dipergunakan oleh para penari sakral, adalah :
  1. Tari Pendet : sarananya canang sari, pasepan, tetabuhan.
  2. Tari Rejang : menggunakan gelungan serta benang penautan yang diliitkan pada tubuh para penarinya (khususnya untuk Rejang Renteng).
  3. Topeng Sidhakarya : dengan beras sekaruranya.

Beberapa bentuk dan sikap seni tari yang harus dipentaskan dalam mengiringi pelaksanaan yadnya adalah :
  1. Pada upacara Dewa Yadnya dipentaskan : Tari Rejang, Baris Tombak, Baris Tamiang, Baris Panah. Sedangkan Bebalinya : Tari Topeng Sidhakarya, Tari Gambuh, dan Wayang Lemah.
  2. Pada upacara Rsi Yadnya dipentaskan : Wayang Lemah dan Topeng Sidhakarya.
  1. Pada upacara Pitra Yadnya dipentaskan : Tari Baris Katekok Jago, Baris Dadap  saat upacara ngaben. Sedangkan pada upacar Atma Wedana ipentaskan Wayang Lemah.
  2. Pada upacara Manusa Yadnya dipentaskan : Wayang Sudhamala, Wayang Mpu Leger, dan Wayang Sapuh Leger.
  3. Pada upacara Bhuta Yadnya : Tari Sang Hyang  dan Wayang Lemah.

Keberadaan jenis-jenis tari sakral di masing-masing daerah, adalah :
  1. Tari Bedaya Semang bari Yogyakarta dan Jateng.
  2. Tari Sanyang atau Seblang dari desa Cungkling , kab. Banyuwangi, Jatim, sebagai pemujaan Dewa Siwa.
  3. Tari Tor Tor dari Sumatra, yaitu di Tanah Batak untuk pemujaan kepada para Dewa  dan Roh Leluhur.
  1. Tari Gantar dari Kalimantan, untuk memohon berkah dari Dewi Sri atau Dewi Padi.

D.       Manfaat Seni Keagamaan Hindu dalam Pembentukan  Kepribadian (Seni Tari)
Persyaratan  penari Seni Sakral adalah (Wali):
  1. Masih gadis atau telah monopouse.
  2. Membawa sarana upacara.
  3. Gerakannya mengikuti gerak alam.
  4. Ada suasana mistik, magis dan religius.
  5. Diperagakan secara kolektif. 

  1. Tari Wali
Seni Tari Wali tidak mengungkapkan cerita, namun bersifat simbolis dan bernilai religius, seperti :
1)      Tari Rejang adalah simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun Bhatara turun ke dunia.
2)      Tari Pendet melambangkan persembahan kepada Dewa.
3)      Tari Baris melambangkan kepahlawanan .
4)      Tari Sang Hyang sebagai penolak bala atas malapetaka.

  1. Tari Bebali : yaitu tarian yang sifatnya penuntun atau pengiring upacara yadnya yang sedang berlangsung sehingga ceritanya pun disesuaikan dengan upacara yang sedang berlangsung , seperti :
  1. Wayang Lemah : sebagai sarana penghubung antara alam tidak kekal (nyata) dengan alam niskala (tidak nyata). Dalam lakunya meningkatkan pribadi yang mulia dan rasa bhakti kepada Tuhan.
  2. Tari Gambuh : dipentaskan saat Dewa Yadnya sebagai persembahan kepada Dewa dan Leluhur.
  3. Tari Topeng , contoh : Topeng Sidhakarya melambangkan Wisnumurti sebagai pemuput karya.

  1. Tari Balih-balihan , tari yang berfungsi sebagai hiburan dan diciptakan berdasarkan tuntunan Budhi Luhur. Jadi jenis Tari Wali  dan Bebali mampu membentuk kepribadian umat yang damai tenang dan suci lahir batin.



1 komentar:

  1. Kunjungi juga blog saya, http://wayanrudiarta.blogspot.co.id/

    Banyak posting terkait agama

    BalasHapus