MAKALAH
AGAMA
HINDU
Meteri
:
KONSTRIBUSI
AGAMA HINDU DALAM
KEHIDUPAN
POLITIK, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Oleh
:
1. Ni
Komang Ayu Snana Widiasih (15101121)
2. Ni
Komang Sri Yuli Utari (15101732)
3. Ni
Luh Putu Hetilia Maryani (12101139)
4. Ni
Luh Raka Widiantari (15101442)
5. Ni
Luh Widi Rahayu (15101130)
6. Ni
Made Dewik (15101126)
7. Ni
Made Sukma Jaya Wardani (15101208)
8. Ni
Putu Ari Trisna Dewi (15101613)
KATA
PENGANTAR
Om
Swastyasu
Puja
dan Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara NugrahaNya lah Makalah yang berjudul
“Kontribusi Agama Hindu Dalam Kehidupan Berpolitik Berbangsa dan Bernegara’’
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami
Menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan,untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga
makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.
Denpasar, 24 Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Judul Makalah…………………………………………………………... i
Kata Pengantar………………………………………………………….. ii
Daftar Isi………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………………... 1
1.2
Rumusan Masalah………………………………………….. 2
1.3
Tujuan……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Agama Hindu ……………………………………………… 3
2.2 Sejarah Munculnya Agama Hindu ………………………… 4
2.3 Perkembangan Politik di Indonesia
……………………….. 5
2.4 Konstribusi Agama Hindu
dalam Kehidupan
Berpolitik,
Berbangsa dan Bernegara…………………….... 8
2.5 Pengaruh Agama Hindu
dalam Kehidupan Berpolitik,
Berbangsa dan Bernegara
…………………………………. 10
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………… 11
3.2 Saran………………………………………………………….. 11
3.2 Saran………………………………………………………….. 11
REFERENSI …………………………………………………................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dikaitkan
dengan “Pembinaan moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
khususnya bagi seluruh bangsa Indonesia dalam wawasan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Sloka Kekawin Ramayana
tersebut adalah sebagai berikut :
Sangkaning wruh aji ginego
Nitijnacara kapuhara
Pandyacarya dwija payun
Gongentatah ikang asih
Kekawin Ramayana. III.63
Artinya
: Asal
kepandaian itu ialah karena pengetahuan dipatuhi
Kebijaksanaan membawa sikap prilaku
Para sarjana, para guru dan para pendeta
supaya dihormati
Besarkan olehmu kasih aying itu
Maka
sejalan dengan perjuangan bangsa kita untuk mengisi Kemerdekaan Bangsa dan
Negara Indonesia melalui Pembangunan Nasional yang meliputi segala aspek guna
menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, merata material dan
sepiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka pembangunan itu berhasil
apabila ada keseimbangan antara kebutuhan material dan sepiritual masyarakat.
Karena itu perlu dikembangkan upaya-upaya kita untuk mencari dan mengali
nilai-nilai spiritual tersebut. Dari arti sloka ini, maka dapat
pula dihubungkan dengan pandangan terhadap tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 alenia keempat. Karena
pentingnya pembentukan perilaku yang berpengaruh terhadap kehidupan
berbangsa, juga merupakan cerminan moral dan etika suatu bangsa. Agar
dapat lebih jelas masalah pembinaan moral dan etika yang terkandung dalam makna
sloka ini, perlu disampaikan hal-hal yang dapat memudahkan, seperti dengan
menggunakan berbagai pengertian dan difinisi. Sloka ini mempunyai makna
terhadap pembinaan moral dan etika untuk tujuan dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa Itu Agama Hindu?
2. Bagaimana Sejarah Munculnya
Agama Hindu?
3. Bagaimana Politik di
Indonesia?
4. Bagaimana Konstribusi Agama
Hindu dalam Hubungan Politik, berbangsa
dan bernegara?
5. Bagaimana Pengaruh Agama
Hindu dalam hubungan politik, berbangsa
dan bernegara?
1.3.TUJUAN
Sejalan
dengan latar belakang rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan agar pembaca dapat mengetahui:
1. Untuk Mengetahui apa itu
Agama Hindu?
2. Untuk Mengetahui bagaimana
Sejarah Munculnya Agama Hindu?
3. Untuk Mengetahui
bagaimana Politik di Indonesia?
4.Untuk Mengetahui bagaimana
Konstribusi Agama Hindu dalam Kehidupan Berpolitik, Berbangsa dan Bernegara?
5. Untuk Mengetahui bagaimana
Pengaruh Agama Hindu dalam Kehidupan
Berpolitik, Berbangsa dan Bernegara?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 AGAMA HINDU
Agama
Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama
dominan di Asia Selatan,
terutama di India dan Nepal
yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran, di
antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta.
Agama Hindu disebut sebagai "agama tertua" di dunia yang masih
bertahan hingga kini, dan umat Hindu menyebut agamanya
sendiri sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari: सनातन धर्म), artinya "darma
abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula manusia.
Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti
oleh seluruh umatnya—tanpa memandang strata,
kasta, atau sekte,
seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri. Kata Hindu (melalui bahasa Persia) berasal dari kata Sindhu
dalam bahasa Sanskerta,
yaitu nama sebuah sungai di sebelah barat daya subbenua India, yang dalam bahasa Inggris disebut Indus.
2.2 SEJARAH MUNCULNYA AGAMA HINDU
Munculnya
Agama Hindu di
dunia dimulai dari masuknya Bangsa Arya ke India sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa
Arya ke India membawa perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan
masyarakat India. Perubahan tersebut terjadi karena Bangsa Arya mengadakan
integrasi kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrasi ini
melahirkan agama Hindu. Bangsa Arya mulai menulis kitab-kitab suci Weda. Kitab
suci ini dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda, dan
Atharwa Weda. Peradaban dan kehidupan bangsa Hindu jelas terdapat juga dalam
kitab Brahmana atau dalam kitab Upanisad. Ketiga kitab inilah yang menjadi
dasar pemikiran dan dasar kehidupan orang-orang Hindu. Asal-usul agama Hindu
ditindaklanjuti dengan adanya perubahan corak kehidupan di India. Corak kehidupan
masyarakat Hindu tersebut dibedakan atas 4 kasta, diantaranya: Kasta Brahmana
(Keagamaan), Kasta Ksatria (Pemerintahan) Kasta Wacyd/Waisya (Pertanian dan
perdagangan), Kasta Cudra /Sudra (Kaum pekerja kasar). Kepercayaan Bangsa Hindu
bersifat politeisme (memuja banyak dewa). Di dalam pemujaan terhadap dewa itu
sering dibuatkan patung-patung yang disesuaikan dengan peranan dewa tersebut di
dalam kehidupan manusia. Patung-patung itu merupakan simbol dari dewa-dewa yang
disembahnya seperti misalnya Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta, Dewa Wisnu
sebagai Dewa Pelindung, dan Dewa Siwa sebagai Dewa Pelebur atau Pembinasa.
Ketiga dewa itu diberi nama Tri Murti. Tri Murti sendiri berarti yang Maha
Kuasa. Sedangkan dewa-dewa lainnya yang dipuja seperti Dewi Saraswati sebagai
Dewi Kesenian dan Ilmu Pengetahuan, Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan, dan lain
sebagainya. Umat Hindu beranggapan bahwa, tempat suci adalah tempat
bersemayamnya para dewa, sehingga umat Hindu terbiasa mengadakan ziarah ke
tempat-tempat suci untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi umat di
dunia.
2.3 PERKEMBANGAN POLITIK DI INDONESIA
Ø Masa Prakolonial
Sumber-sumber
menunjukkan bahwa Nusantara berisikan berbagai entitas politik sejak awal
sejarah. Entitas ini berevolusi dari pusat politik di sekitar perorangan di
mana kepemimpinannya diwujudkan dalam diri seseorang yang mempunyai ketrampilan
tertentu dan kharisma dan juga menyatakan diri sebagai seseroang yang mirip
Tuhan dan mempunyai kekuatan supernatural serta didukung oleh tentara dan
rakyat yang membayar upeti kepada raja. (http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/item65)
Ø Masa Penjajahan
Kedatangan bangsa Eropa yang tertarik dengan potensi
menjanjikan yaitu perdagangan rempah-rempah adalah salah satu titik balik utama
dalam sejarah kepulauan. Memiliki teknologi yang lebih canggih dan persenjataan
baru di tangan, orang Portugis dan khususnya orang Belanda, berhasil menjadi
pemegang kekuatan ekonomi dan politik yang berpengaruh dan mampu mendominasi
kepulauan ini serta mulai menciptakan kerangka politik dan batas-batas baru. (http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/item65)
Ø Sistem pemerintahan orde lama
Masa
orde lama yaitu masa pemerintahan yang dimulai dari proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Orde Lama adalah istilah yang
diciptakan oleh Orde Baru. Bung Karno sangat keberatan masa kepemimpinannya
dinamai Orde Lama. Bung Karno lebih suka dengan nama Orde Revolusi.
Tapi Bung Karno tidak berkutik karena menjadi tahanan rumah (oleh
pemerintahan militer Orde Baru) di Wisma Yaso (sekarang jadi Museum TNI Satria
Mandala Jl. Gatot Subroto Jakarta). Tokoh dari sistem pemerintahan
orde lama yang dimiliki Indonesia ialah siapa lagi kalau bukan Bung
Karno. Dengan segenap pemikiran, kepintaran, dan kecakapannya, Bung Karno perlahan
mulai "membangun badan" negara ini.
(Sumber : http://mhafizyazid.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html-tentang sistem pemerintahan orde lama.)
(Sumber : http://mhafizyazid.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html-tentang sistem pemerintahan orde lama.)
Ø Sistem pemerintahan orde baru
Jatuhnya Soekarno merupakan peristiwa politik cukup menarik dan
sangat bersejarah.
Disintegrasi dan instabilisasi nasional sejak
periode Orde Lama yang berpuncak pada pemberontakan PKI 30 September 1945
sampai lahirlah Supersemar(Surat
Peritah Sebelas Maret). Soekarno menandatangani Surat Perintah 11
Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang
dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto
untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan.
Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di
parlemen. Supersemar adalah titik
balik lahirnya tonggak pemerintahan era Orde Baru yang merupakan koreksi total
terhadap budaya dan sistem politik Orde Lama. Orde baru berkehendak ingin
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap
orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila.
(Sumber : http://mhafizyazid.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html-tentang sistem pemerintahan orde lama.)
(Sumber : http://mhafizyazid.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html-tentang sistem pemerintahan orde lama.)
Ø Gerakan reformasi|
Gerakan reformasi dilatarbelakangi oleh
terjadinya krisis multidimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Semula gerakan
ini hanya berupa demonstrasi di kampus-kampus di berbagai daerah. Akan tetapi,
para mahasiswa harus turun ke jalan karena aspirasi mereka tidak mendapatkan
jalan keluar. Gerakan reformasi tahun 1998 mempunyai enam agenda antara
lain (1) suksesi kepemimpinan nasional, (2) amandemen UUD 1945, (3) pemberantasan KKN, (4) penghapusan dwifungsi ABRI, (5) penegakan supremasi hukum, dan (6) pelaksanaan otonomi daerah. Agenda utama gerakan reformasi adalah
turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
Puncak kekesalan demonstran ketika terjadi Tragedi Trisakti tanggal 12 Mei
1998 yang kemudian memicu Kerusuhan besar-besaran Mei 1998 (Kerusuhan
Mei 1998) sehari setelah kejadian tersebut.Beberapa hari
mereka menduduki gedung Parlemen kala itu. Ketika didalam gedung terjadi rapat
pleno Anggota Dewan. Akhir dari itu tanggal 21 Mei 1998 Suharto secara resmi
mengundurkan diri sebagai presiden Republik Indonesia kemudian digantikan oleh
wakilnya BJ.Habibie.
(Sumber : http://mhafizyazid.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html-tentang
sistem pemerintahan orde lama.)
Ø Kabinet Sekarang
Bagian ini menampilkan daftar
anggota kabinet presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dinamai Kabinet
Indonesia Bersatu II yang diresmikan pada tanggal 22 Oktober 2009 dan akan
memerintah sampai tahun 2014, saat pemilu baru akan diadakan. Presiden Yudhoyono
tidak akan diizinkan untuk berpartisipasi dalam pemilihan presiden baru pada
tahun 2014 karena konstitusi membatas kepresidenan sampai dua kali masa jabatan
(masing-masing lima tahun). (http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/item65)
2.4 KONSTRIBUSI
AGAMA HINDU Dalam KEHIDUPAN BERPOLITIK, BERBANGSA Dan BERNEGARA
Kewajiban moral agama untuk ikut
mengarahkan politik agar tidak berkembang menurut seleranya sendiri yang bisa
membahayakan kehidupan. Agar agama dapat menjalankan peran moral tersebut, maka
agama harus dapat mengatasi politik, bukan terlibat langsung ke dalam politik
praktis. Karena bila agama berada di dalam kooptasi politik, maka agama akan
kehilangan kekuatan moralnya yang mampu mengarahkan politik agar tidak
berkembang menjadi kekuatan yang menekan kehidupan dan menyimpang dari
batas-batas moral dan etika agama, masyarakat, dan hukum. Dalam konteks keterkaitan ilmiah, maka hubungan antara agama
dan politik harus kita waspadai sehingga ia tidak sampai berjalan pada posisi
yang salah.
Salah satu ukuran atau kunci yang
paling mudah dikenali agar kita dapat menarik batas yang mana politik yang
harus dihindari sehingga kita tidak terjebak ke dalam arus politik kotor,
khususnya oleh kaum Buddhis adalah dengan menghindari penggunaan kekerasan.
Artinya politik yang harus dihindari adalah politik yang menyangkut perebutan
kekuasaan melalui penggunaan kekerasan, termasuk dengan memperalat orang lain
atau suatu organisasi, apalagi bila sudah menggunakan simbol-simbol agama yang
bisa sangat menyesatkan.
Jadi, agama secara moral dan politis
berada pada posisi yang benar pada saat agama tidak menjadi alat untuk
memperebutkan atau mempertahankan status duo kekuasaan. Sehingga pada saat
agama mengarah kepada politik kekuasaan, pada saat itulah agama dalam posisi
yang salah dan berbahaya. Jadi ada 2 hal keterkaitan yang menjadi wacana
diskusi kita, pertama bagaimana agama dapat membentengi diri mereka dari setiap
kecenderungan/kekuatan politik yang berkembang di sekitar mereka, sehingga
agama dapat tetap menjadi kekuatan pembebas dan bukan sebaliknya menjadi yang
dibebaskan atau pencipta masalah karena telah terdistorsi oleh
kekuatan-kekuatan politik tersebut. Kedua bagaimana agama dapat memainkan peran
moral mereka untuk ikut mengarahkan politik agar tidak berkembang menjadi
kekuatan yang menyimpang dan menekan kehidupan.
Tetapi kedua hal di atas hanya dapat
berjalan dengan baik bila kita memiliki pemahaman yang cukup mendalam atas
setiap proses politik yang berjalan. Tanpa adanya pemahaman atas proses
politik, sulit bagi kita untuk membentengi diri karena proses pemahaman
tersebut akan menimbulkan kepekaan nurani pada saat politik berjalan pada arah
yang salah, sekaligus menimbulkan suatu perencanaan bagaimana arah politik yang
seharusnya dan diharapkan, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang menjadi
keyakinan kita, baik menyangkut rasa keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
Sebaliknya, kebutaan kita atas persoalan politik akan
membuat kita begitu mudah dibodohi oleh kepentingan-kepentingan dan muatan-muatan
politik yang tidak jelas arahnya. Jadi usaha agar agama tidak dikotori dan
diberi muatan politik tidak berarti agama harus mengalami pendangkalan
fungsinya sebagai agen pembebas. Justru pemahaman atas proses politik
diperlukan karena agama memiliki peranan yang penting agar nilai-nilai moral
dan spiritual mampu memberikan muatan bagi politik, bukan sebaliknya. Selain
itu, saat ini pemahaman atas sistem politik, baik yang menyangkut masalah
ekonomi maupun sosial menjadi semakin penting bagi seorang Buddhis karena
bagaimanapun juga, berbicara mengenai Buddhisme adalah berbicara mengenai
bagaimana kita memahami penderitaan, untuk kemudian memahami sebab dan jalan
untuk mengatasinya. Buddhisme akan kehilangan akarnya bila tidak sanggup lagi
berbicara dan peduli dengan penderitaan dunia saat ini yang sudah sedemikian
kompleks.
Tetapi memahami penderitaan saat ini
tidaklah semudah kita memahami penderitaan pada zaman Buddha. Masyarakat luas
saat itu tidaklah seburuk sekarang dan sistem yang ada juga belum terlalu
kejam. Dan perubahan seseorang masih dapat memberikan pengaruh yang besar.
Contohnya adalah Supata yang dikenal sebagai Anathapindika. Ia adalah seorang
yang kaya raya, seorang banker pada zaman Buddha, menjadi pendukung seluruh
orang miskin di wilayahnya. Tapi pada zaman sekarang, kita mungkin dapat
menemukan seorang banker atau raja yang baik, atau bahkan mungkin mengganti
penguasa yang lalim, tapi hal ini tetap saja tidak membawa perubahan yang
mendasar. Ini bukan semata-mata kesalahan si banker atau penguasa yang lalim.
2.5 PENGARUH AGAMA HINDU Dalam KEHIDUPAN BERPOLITIK,
BERBANGSA Dan BERNEGARA
Pada wal berdirinya Negara Kesatuan
republic Indonesia, Agama Hindu belum resmi masuk dalam struktur birokrasi
Departemen Agama, karena masih diperdebatkan dengan kriteria yang diajukan
Depatemen Agama, terutama kriteria dalam Agama Islam, terkait dengan agama,
yaitu sebuah agama harus memiliki: Nabi, kitab suci, syahadat. Gejolak perdebatan
ini berkepanjangan, Sehingga beberapa pejabat pusat menganggap di Bali
masyarakatnya belum beragama, dan dimanfaatkan untuk masuk misionaris ke Bali.
Dalam kehidupan bernegara, bidang
politik sangat diperlukan. Namun semua ilmu yang berhubungan dengan politik
tidak dapat dipisahkan dengan ilmu dan konsep agama yang telah ada. Pada agama
ada suatu kalimat yang membuat dan merupakan konsep awal politik yaitu “Tuhan
memerintahkan kepada manusia untuk tidak mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang
nampak maupun yang tersembunyi (Q. 6:151)”, jadi Tuhan melarang perbuatan
jelek, perbuatan jahat dan ketidakadilan. Ini dapat diartikan bahwa semua ilmu
politik merupakan bentuk nyata dari penggunaan agama dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Sebagai contoh, dalam ilmu politik terdapat pemilihan pemimpim berdasarkan demokrasi, konsep itu didapat dari ilmu agama yang tidak menginginkan adanya perpecahan para pejabat yang akan menyengsarakan rakyat. Dan masih banyak lagi yang merupakan konsep dalam agama dan diadaptasi serta di jadikan politik dalam berbangsa dan bernegara.
Sebagai contoh, dalam ilmu politik terdapat pemilihan pemimpim berdasarkan demokrasi, konsep itu didapat dari ilmu agama yang tidak menginginkan adanya perpecahan para pejabat yang akan menyengsarakan rakyat. Dan masih banyak lagi yang merupakan konsep dalam agama dan diadaptasi serta di jadikan politik dalam berbangsa dan bernegara.
( http://akank-sutha.blogspot.co.id/2012/04/hubungan-politik-dan-agama.html)
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Tujuan hidup
umat hindu dan tujuan negara Republik Indonesia, mempunyai arah yang sama yaitu
ingin mensejahterakan warganya. Hanya saja negara mempunyai tujuan
mensejahterakan warganya secara menyeluruh, sedangkan pada umat Agama Hindu mempunyai tujuan peribadi
umat beragama namun disamping itu umat hindu juga melaksanakan kewajibannya
sebagai warga negara dalam membantu mewujudkan tujuan Negara. Hindu membawa
pengaruh yang sangat kuat, Agama Hindu telah memberikan ciri untuk perjuangan
dan budaya kita termasuk budaya politik di Indonesia. Pengaruh politik Hindu
dalam Politik Indonesia, sudah melebur bersama budaya Indonesia, yang terus
berkembang sejak perkembangan kerajaan Hindu pertama di Indonesia.
3.2
SARAN
Saran
kami, agar masyarakat atau umat beragama dapat lebih berperan aktif dalam
membangun bangsa tidak hanya dalam bidang politik namun juga dalam segala
bidang untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
REFERENSI
(Sumber : http://mhafizyazid.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html-tentang
sistem pemerintahan orde lama.)
(http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/item65)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar